perahu berlabuh pada sandinya
perlahan meriakan keruhan air di tepi dermaga
bagaimana kita hidup bagai manusia
yang berakhir pada pelabuhan ketiadaan raga

DE LIEFDE (Memoar Sekar Prembajoen)

DE LIEFDE (Memoar Sekar Prembajoen)

SPESIFIKASI
Judul : De Liefde (Memoar Sekar Prembajoen)
Penulis : Afifah Afra
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman: 454 halaman
Jenis : Novel (sejarah)


Ini merupakan buku kedua setelah novel De Winst. Buku ini merupakan kelanjutan seri pertama dari tetralogi De Winst karya Afifah Afra. Dalam novel ini diceritakan Sekar, seorang tahanan yang sedang diasingkan di negeri Belanda.

Di sana dia bertemu banyak orang dari berbagai pemikiran seperti sosialis, komunis, liberal bahkan hingga nazi. Sekar juga bertemu dengan seorang wanita yang sedang mengandung, yang kemudian membawanya pada sebuah aib besar yang menimpa orang penting di negeri Kincir Angin tersebut.

Buku yang sangat menarik dengan penguasaan seting yang luar biasa. Seperti pada novel-novel Afifah Afra yang lain, buku ini juga sangat baik dari segi deskriptif dan alur sehingga memudahkan orang yang ingin membacanya.

BERGURU KAYA PADA PARA RAKSASA



Judul : Berguru Kaya pada para Raksasa
Penulis : Lukman Santoso
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman: 276
Jenis : Bisnis

Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman tidak harus kita alami sendiri, namun kita bisa belajar dari pengalaman orang-orang sukses. Buku ini bercerita kisah orang-orang sukses dalam dunia bisnis di Indonesia. Prinsip hidup mereka dapat dijadikan bagi kita dalam sebagai salah satu langkah menuju kesuksesan.

Dalam buku ini tidak hanya bercerita tentang proses indah selama memulai usaha, berbagai lika-liku kehidupan dan pahit getirnya menjalankan usaha juga terangkum dalam buku ini. Melalui buku ini kita dapat berlajar bahwa untuk meraih kesuksesan butuh proses yang panjang, dan hanya orang yang pantang menyerahlah yang akan meaih kesuksesan.

MADAME KALINYAMAT

MADAME KALINYAMAT

Judul : Madame Kalinyamat
Penulis : Zhaenal Fanani
Tahun terbit : 2009
Jumlah halaman: 426
Jenis : fiksi sejarah


Sejarah kerajaan Islam di Indonesia ternyata tidak selalu gilang-gemilang, salah satunya atas apa yang terjadi pada kerajaan Demak pasca meninggalnya Sultan Tranggono. Demak terbagi menjadi tiga kerajaan kecil demi menghindari terjadinya perang saudara. Meskipun begitu tetap saja perang saudara tidak terelakkan. Kematian salah satu pihak menghadirkan dendam bagi pihak lain dan ini menimbulkan pertumpahan darah yang tak kunjung usai.

Salah satu korbannya adalah Pangeran Kalinyamat yang dibunuh oleh Arya Penangsang. Demi membalaskan dendam suaminya, istri Pangeran Kalinyamat berpuasa di sebuah gunung dan menanggalkan pakaiannya hingga ada seseorang yang membawa kepala Arya Penangsang dihadapannya. Selain itu orang yang berhasil membawa kepalanya akan dihadiahi sebuah daerah yang kelak menjadi tonggak bagi berdirinya kerajan Islam yang tidak kalah besarnya. Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena menghadirkan cerita sejarah dalam perspektif narasi. Jalan ceritanya yang mengalir memudahkan kita menghubungkan puzzle-puzzle sejarah aslinya melalui novel ini. Maka buku ini sangat sayang apabila dilewatkan.

9 SUMMERS 10 AUTUMNS

9 SUMMERS 10 AUTUMNS

Judul : 9 Summers 10 Autumns
Penulis : Iwan Setiawan
Tahun terbit : 2011
Jumlah halaman: 223
Jenis : Fiksi populer


Dari sebuah kota kecil Batu, kemudian sampai menggapai mimpi di New York. Itulah kisah Iwan. Mengambil inspirasi dari kisah hidupnya sendiri, Iwan Setiawan menuliskan sebuah cerita yang benar-benar hidup dan menginspirasi. Bagaimana keterbatasan yang diperolehnya ketika kecil tidak menyurutkan ia dan keluarganya mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Lewat kerja keras dan doa dari orang-orang terkasihnya, Iwan mampu menjadi orang penting di perusahaan multinasional di New York.

Gaya penulisannya yang menyerupai diary memudahkan pembaca untuk mencerna kata demi kata yang dituangkan. Penggunaan bahasa Inggris, Indonesia, maupun Jawa yang tepat pada settingnya menjadikan novel ini begitu nyata dan padu dengan jalan ceritanya. Sangat layak dibaca untuk meningkatkan motovasi dalam menggapai cita-cita.

BISA MATI KAPAN SAJA

BISA MATI KAPAN SAJA

Seorang pria mendatangi Sang Guru, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

"Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup."

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku," kata Sang Guru. "Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup," pria itu menolak tawaran sang guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang saya sudah bosan hidup." "Baiklah, kalau begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati. Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol "obat" dari Sang Guru. Dan... ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya... Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu." Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali. Selama ini, mungkin aku salah, "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh! Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan."

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA? Nah!

Be Happy!